Rabu, 11 Februari 2009

PERAN BAKTERI RONGGA MULUT PADA INFEKSI ORGAN LAIN KARENA FAKTOR BAKTERIMIA

Rongga mulut manusia pada saat masih di uterus sebenarnya steril. Kontaminasi pertama rongga mulut dengan bakteri, protozoa, virus, dan jamur adalah saat lahir. Segera setelah kelahiran kondisi rongga mulut mulai dapat mendukung kehidupan sekelompok bakteri atau mikroorganisme alam 4-12 jam setelah lahir, Streptococcus viridans menetap sebagai anggota flora yang paling utama dan tetap seperti ini selama hidup. Pada awal kehidupan, jenis flora bertambah dengan Staphylococcus aerob dan Anaerob, diplococcus Gram-negatif (Neiserria, Branhamella), difteroid, dan kadang-kadang laktobasil. Pada akhir tahun pertama hidup sedikitnya, Streptococcus, Staphylococcus, dan Veillonellae adalah bakteri permanen, bersama-sama dengan bakteri jenis lain yang pola penyebarannya tidak mengikuti bakteri sebelumnya. Bila gigi geligi mulai keluar, Spirochaeta anaerob, Bacteroides (khususnya B.melaninogenicus), spesies Fusobacterium, spesies Rothia dan Capnocytophaga, beberapa vibrio anaerob serta laktobasil akan menetap.
Bakteri-bakteri dalam rongga mulut akan selalu meningkat seiring meningkatnya usia seseorang. Pada saat seseorang dewasa, bakteri yang terdapat di saliva meningkat mendekati rata-rata 6 milyar microorganisms/ml, yang dapat ditempati kurang lebih 30 jenis mikroorganisme. Tempat-tempat utama yang sering dijadikan tumbuh kembang bakteri rongga mulut adalah bagian dorsum lidah, sulkus gingiva, dan plak gigi. Khusus untuk spesies Actinomyces dalam keadaan normal terdapat dalam jaringan tonsil dan gingiva orang dewasa; berbagai protozoa mungkin juga terdapat di daerah tersebut.
Infeksi pada mulut dan saluran pernapasan seringkali melibatkan bakteri anaerob. Infeksi periodontal, abses perioral, sinusitis, dan mastoiditis terutama disebabkan oleh Prevotella melaninogenica, Fusobacterium dan peptostreptococcus. Aspirasi air liur (berisi 102 organisme ini dan bentuk anaerob) dapat menimbulkan pneumonia nekrosis, abses paru, dan empiema.
Sekali masuk ke dalam tubuh, bakteri harus menempel pada sel inang, biasanya sel epitel. Setelah bakteri menetap pada tempat infeksi pertama, bakteri berkembang biak dan menyebar langsung melalui jaringan atau lewat sistem getah bening menuju aliran darah. Infeksi ini (bakteremia) dapat bersifat sementara atau menetap. Bakteremia memungkinkan bakteri untuk menyebar luas dalam tubuh dan mencapai jaringan yang cocok bagi perkembangbiakannya.
Pneumonia pneumokokus adalah contoh proses infeksi S.pneumoniae dapat dibiak dari nasofaring pada 5-40% orang sehat. Kadang-kadang, pneumokokus dari nasofaring teraspirasi ke dalam paru-paru; aspirasi paling sering terjadi pada orang yang lemah dan dalam keadaan tertentu, misalnya koma, yaitu saat refleks batuk berkurang. Infeksi berkembang dalam ruang udara terminal paru-paru pada orang yang tidak memiliki antibodi pelindung terhadap polisakarida kapsuler jenis pneumokokus. Perkembangbiakan pneumokokus dan peradangan yang ditimbulkannya mengakibatkan pneumonia. Lalu pneumokokus memasuki saluran getah bening paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Antara 10 dan 20 persen orang yang menderita pneumonia pneumokokus telah mengalami bakteremia saat diagnosis pneumonia dibuat. Begitu bakteremia terjadi, pneumokokus dapat menyebar ke tempat infeksi sekunder, (misalnya cairan serebrospinal, katub jantung, ruang sendi). Komplikasi utama pneumonia pneumokokus antara lain adalah meningitis, endokarditis, atau artritis septik.
Berbagai macam penyakit infeksi, dapat disebabkan oleh invasi bakteri rongga mulut ke sel atau jaringan organ lain. Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri rongga mulut melalui jalur bakteremia dapat berupa penyakit lokal maupun sistemik, antara lain Gonorrea, pneumonia, endokarditis, pertusis, maupun infeksi saluran pernafasan atas. Penjalaran bakteri melalui mekanisme bakteremia adalah melalui aliran darah atau pun getah bening.
Infeksi yang disebabkan bakteri rongga mulut pada organ lain dari tubuh dapat di jelaskan melalui teori vocal infeksi yang menyebutkan infeksi yang terjadi pada organ lain di tubuh dapat disebabkan oleh inisiasi dan progresi bakteri di rongga mulut. Faktor virulensi bakteri juga merupakan faktor yang memainkan peranan penting untuk terjadinya suatu infeksi. Faktor virulensi ini berupa faktor perlekatan bakteri dan invasi bakteri ke sel inang dan jaringan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar