Kista radikuler juga dikenal dengan nama kista periapikal atau kista apical periodontal yang merupakan kista yang paling sering ditemukan. Terbentuk dari iritasi kronis gigi yang sudah tidak vital. Kista tumbuh dari epitel rest of Malassez yang mengalami proliferasi oleh karena respon terhadap proses radang yang terpicu oleh karena infeksi bakteri pada pulpa yang nekrosis.
Secara histopatologis kista ini ditandai dengan adanya suatu rongga yang berlapiskan epitel yang tidak mengalami keratiisasi skuamosa dan mempunyai ketebalan yang bervariasi. Secara khas dapat dilihat adanya proses radang dengan ditemukannya banyak sel neutrofil pada dinding kista tersebut. Pada dinding kista sering didapatkan kerusakan karena proses radang.
Dinding rongga kista radikuler atau periapikal merupakan lapisan epitel jenis Non-keretinizing stratified squamous dengan ketebalan yang bervariasi. Dinding epithelium tersebut dapat sangat proliferatif dan memperlihatkan susunan plexiform. Sel-sel mucus juga ditemukan dilokasi ini, meskipun jarang. Sebagai jenis kista yang terjadi karena proses radang, maka dinding epithelium dapat mengandung banyak sel radang, yaitu sel plasma dan limphosit. Rousel body atau Round eusinofilic globulae banyak ditemukan di dalam atau luar sel plasma sehingga terjadi peningkatan sintesis immunoglobulin. Keberadan immunoglobulin ini dapat diyakinkan dengan pemeriksaan pewarnaan menggunakan imunofluoresens.
Kista radikuler memiliki gambaran radiologist berupa lesi bulat berbatas jelas di regio apical gigi. Gambaran radiolusen melekat pada bagian apical gigi.
Pemeriksaan kista radikuler dapat dilakukan dengan cara biopsy yang meliputi:
1. Aspirasi jarum halus (FNAB) à jarum diameter < 1mm, ujung jarum ditusukkan ± 5x, kemudian dibuat hapusan (smear) à one layer smear
2. Eksisi à digunakan untuk pengambilan lesi kecil yang secara klinis merupakan lesi yang jinak (Æ < 1cm), baik lesi superfisial maupun lesi profundus, lunak atau keras. Pendekatan yang dilakukan bisa dengan insisi berbentuk elips (untuk lesi permukaan (atau modifikasinya, apabila lesi terletak di dalam jaringan lunak.
3. Insisi à pemeriksaan ini bila lesi ini berukuran besar atau potensial ganas (nantinya memerlukan eksisi yang luas) atau untuk menghindari strukstur penting di sekitarnya, misalnya arteri atau saraf. Biopsy insisional biasanya dipilih untuk lesi yang besar dan terletak di dalam tulang, baik lesi kistik maupun solid, untuk menentukan sifatnya, sehingga dapat digunakan untuk merencanakan tindakan rehabilitatif.
4. Aspirasi à suatu pendekatan untuk fluktuan di dalam lesi jaringan lunak baik superficial atau profunda. Lesi sentral pada tulang diaspirasi dahulu sebelum diambil, karena dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang disebabkan oleh adanya hemangioma sentral atau anomaly vaskuler. Aspirasi kurang bermanfaat untuk diagnosi lesi yang solid.
Perawatan kista radikuler adalah dengan cara enukleasi melalui alveolus pada saat ekstraksi. Bila ukurannya bertambah besar (2-3cm) dan melibatkan gigi & struktur di sekitarnya, maka penatalaksanaannya menjadi kompleks à memerlukan tindakan kontrol infeksi, marsupialisasi dengan biopsi dan penyembuhannya lama.
Secara histopatologis kista ini ditandai dengan adanya suatu rongga yang berlapiskan epitel yang tidak mengalami keratiisasi skuamosa dan mempunyai ketebalan yang bervariasi. Secara khas dapat dilihat adanya proses radang dengan ditemukannya banyak sel neutrofil pada dinding kista tersebut. Pada dinding kista sering didapatkan kerusakan karena proses radang.
Dinding rongga kista radikuler atau periapikal merupakan lapisan epitel jenis Non-keretinizing stratified squamous dengan ketebalan yang bervariasi. Dinding epithelium tersebut dapat sangat proliferatif dan memperlihatkan susunan plexiform. Sel-sel mucus juga ditemukan dilokasi ini, meskipun jarang. Sebagai jenis kista yang terjadi karena proses radang, maka dinding epithelium dapat mengandung banyak sel radang, yaitu sel plasma dan limphosit. Rousel body atau Round eusinofilic globulae banyak ditemukan di dalam atau luar sel plasma sehingga terjadi peningkatan sintesis immunoglobulin. Keberadan immunoglobulin ini dapat diyakinkan dengan pemeriksaan pewarnaan menggunakan imunofluoresens.
Kista radikuler memiliki gambaran radiologist berupa lesi bulat berbatas jelas di regio apical gigi. Gambaran radiolusen melekat pada bagian apical gigi.
Pemeriksaan kista radikuler dapat dilakukan dengan cara biopsy yang meliputi:
1. Aspirasi jarum halus (FNAB) à jarum diameter < 1mm, ujung jarum ditusukkan ± 5x, kemudian dibuat hapusan (smear) à one layer smear
2. Eksisi à digunakan untuk pengambilan lesi kecil yang secara klinis merupakan lesi yang jinak (Æ < 1cm), baik lesi superfisial maupun lesi profundus, lunak atau keras. Pendekatan yang dilakukan bisa dengan insisi berbentuk elips (untuk lesi permukaan (atau modifikasinya, apabila lesi terletak di dalam jaringan lunak.
3. Insisi à pemeriksaan ini bila lesi ini berukuran besar atau potensial ganas (nantinya memerlukan eksisi yang luas) atau untuk menghindari strukstur penting di sekitarnya, misalnya arteri atau saraf. Biopsy insisional biasanya dipilih untuk lesi yang besar dan terletak di dalam tulang, baik lesi kistik maupun solid, untuk menentukan sifatnya, sehingga dapat digunakan untuk merencanakan tindakan rehabilitatif.
4. Aspirasi à suatu pendekatan untuk fluktuan di dalam lesi jaringan lunak baik superficial atau profunda. Lesi sentral pada tulang diaspirasi dahulu sebelum diambil, karena dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang disebabkan oleh adanya hemangioma sentral atau anomaly vaskuler. Aspirasi kurang bermanfaat untuk diagnosi lesi yang solid.
Perawatan kista radikuler adalah dengan cara enukleasi melalui alveolus pada saat ekstraksi. Bila ukurannya bertambah besar (2-3cm) dan melibatkan gigi & struktur di sekitarnya, maka penatalaksanaannya menjadi kompleks à memerlukan tindakan kontrol infeksi, marsupialisasi dengan biopsi dan penyembuhannya lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar