Rabu, 11 Februari 2009

PENGARUH KELAINAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR PADA PENGUNYAHAN

Kelainan sendi temporomandibular atau TMJ sindrom, merupakan suatu keadaan keradangan akut atau kronis dari sendi temporomandibular, yang berhubungan dengan rahang bawah. Kelainan yang terjadi pada TMJ dapat menyebabkan sakit yang signifikan dan kerusakan.

Tanda dan gejala dari kelainan sendi temporomandibular sangat beragam dan dapat disebabkan oleh hal-hal yang kompleks. Karena perbedaan struktur anatomi yang terlibat, sangat mudah mengelompokan gejala TMJ sindrom berdasarkan tiga kategori. Struktur anatomi yang sering terlibat dalam TMJ sindrom adalah otot, sendi temporomandibular, dan gigi.
Kelainan pada otot terhadap sendi temporomandibular adalah yang paling sering dikeluhkan oleh pasien dengan TMJ sindrom. Dua tanda utama dari otot yang mengalami kelainan adalah sakit dan disfungsi kerja. Pada TMJ sindrom , sakit pada otot digambarkan sebagai ”deep pain” dan tidak seperti kelelahan. Bahkan, diyakini pula bahwa rasa sakit ini berasal dari sistem saraf pusat.

Kelainan pada sendi temporomandibular biasanya merupakan tanda yang paling sering diperhatikan pada pasien TMJ sindrom, karena kebanyakan tanda-tandanya telah dapat dideteksi secara dini oleh tenaga klinis. Dua tanda utama dari sendi yang mengalami kelainan adalah sakit dan disfungsi kerja, sama halnya dengan otot. Pada keadaan sendi yang sehat, kontak permukaannya tidak memiliki reseptor penghantar rasa sakit. Rasa sakit yang terjadi harus berasal dari salah satu jaringan lunak di sekitar sendi, yang meliputi discal ligamen, kapsular ligamen, dan jaringan retrodiscal. Saat reseptor dari salah satu jaringan lunak sendi ini di lepaskan, rasa sakit menyebabkan refleks untuk membatasi pergerakan mandibula. Lebih jauh lagi, keradangan pada sendi dapat menyebabkan sakit yang konstan, bahkan pada saat mandibula pada posisi menutup.

Kelainan pada gigi juga dapat berpengaruh pada pasien TMJ disorder. Pergerakan gigi yang terjadi dapat disebabkan oleh rusaknya tulang penyangga dan tekanan yang kuat pada gigi. Bergeraknya gigi dapat mempengaruhi kontak oklusi saat menutupnya mulut, dan keseluruhan hubungan antara gigi, otot, dan sendi dapat berubah. Sehingga hal ini menyebabkan terganggunya fungsi stomatognati dari rongga mulut.

Selain karena ketiga faktor tersebut di atas, kelainan pada sendi temporomandibularjuga dapat terjadi akibat proses menua. Pada keadaan artritis, sering ditemukan nodul-nodul kalsifikasi di permukaan artikular sendi. Selain itu, ukuran kondil mandibula menjadi kecil dan permukaan artikular menjadi rata. Perubahan seluler sendi pada proses menua, disertai stres dan trauma akan menyebabkan degenerasi seluler yang memperberat pengaruh menua. Hal ini menyebabkan remodeling tulang pada daerah subkondral, yang dideteksi secara radiografi dengan adanya peningkatan kepadatan tulang (sklerosis), sebagai awal dari osteoartritis. Tulang yang kaku ini tidak lagi efektif menahan beban sehingga terjadi peningkatan tekanan pada kartilago sendi. Hal ini dapt menyebabkan efektifitas sendi temporomandibular pada proses pengunyahan terganggu.

1 komentar:

  1. thank's banget atas info'y ne Mas...

    pas banget sma materi TuTorial Kuliah....

    BalasHapus